Wolverine di Aceh

Di hadapan tatapan ngeri puluhan penonton yang menyaksikan aksinya, manusia kebal itu menusukkan rencong ke tubuhnya. Terdengar jerit kengerian pelan yang diucapkan penonton wanita.Tapi si manusia kebal itu tak lantas menghentikan aksinya. Di tengah suara tetabuhan rapai geleng, ia menari-nari dan menusukkan tangannya dengan rencong-rencong yang dibawanya hingga bengkok.Semakin banyak penonton yang menahan jeritannya, namun si manusia kebal itu terlihat santai saja seperti tidak terjadi apa-apa pada tubuhnya. Tak lupa ia menjulurkan tangannya ke hadapan penonton, seakan ingin membuktikan kalau ia benar-benar kebal. Aksi super ngeri tersebut dinamakan debus atau top daboeh, kesenian tradisonal yang berbalut bela diri di aceh barat. Debus merupakan kesenian tradisional yang sarat akan legenda gaib. Yang miliki pemikiran konservatif pasti 100 persen tak percaya. Namun kesenian ini sudah sangat lama di mainkan di tengah-tengah masyarakat. Hingga hari ini semakin banyak acara yang memamerkan aksi debus, mulai dari sebagai tontonan turis sampai pesta pernikahan.

Selain menusukkan rencong, pemain debus juga memainkan benda tajam seperti pedang, pisau silet, dan benda tajam lainnya.

Para penonton tidak yakin harus memfoto pertunjukkan tersebut atau mengalihkan pandangannya. Saya merinding saat disitu, “Mereka memakan paku dan mengebor perut seolah-olah sedang membangun rumah. Saya bisa membayangkan betapa sakitnya itu saat mengenai kulit, apalagi mereka menusuknya berkali-kali.” Pemerintah kota Aceh berusaha mempertahankan kesenian tradisional itu. 2018  lalu mereka menggelar festival pekan kebudayaan Aceh (PKA) dengan partisipasi pemain debus dari berbagai daerah. Meski demikian tak ada yang bisa menjamin masa depan debus. Tak banyak yang melestarikannya, karena merasa aksi debus tak bisa jadi sumber penghasilan tetap. Hero yang ada saat ini bertahan karena passion. Anda tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup hanya dari debus, “ ujar hero debus.

Sejumlah anggapan haram dari pemuka agama islam juga membuat kepopuleran aksi debus ciut karna percaya kepada kekuatan supranatural. Ditambah lagi dengan beragam cerita mengenai semakin banyak pelaku debus muda yang terluka akibat kurangnya pelatihan.”Sekuat apapun pelatihan yang dilakukan, tetap saja ada tuhan yang maha esa yang lebih kuat,” kata manusia kebal itu menanggapi fenomena tersebut. “Jika ada yang meragukan keberadaan Tuhan yang maha esa, tubuh tak punya kekuatan untuk tahan banting selama menjalani aksi debus,a” pungkasnya.

Artikel By Zulfan Marlian