MAHASISWA AGENT OF EMPOWERMENT

Dar Kasih, M.Sos

Dunia saat ini sedang mengalami masa pandemi yang mempengaruhi kehidupan manusia. Pandemi ini tidaklah menyerang kesehatan manusia saja, namun juga membunuh manusia dari segi kehidupan perekonomian masyarakat yang menyebabkan masyarakat kehilangan pekerjaan yang berdampak mengurangi tingkat pendapatan masyarakat. Selain segi kesehatan dan ekonomi, Pandemi juga mempengaruhi dunia pendidikan dimana sekarang pendidikan dipaksakan harus virtual tanpa memikirkan ketersediaan akses jaringan dan perangkatnya. Tidak terkecuali mahasiswa, yang terkena dampak derasnya arus pandemi ini terlihat dari angka lanjut studi ke jenjang universitas juga mengalami penurunan, dan tidak sedikit mahasiswa mengnonaktifkan perkuliahan sementara walaupun masa pandemi ini tidaklah tahu kapan berakhirnya.

Kata Agent of Change sangatlah melekat pada mahasiswa, seperti yang kita ketahui bahwa Agent of Change ialah seseorang yang dapat mempengaruhi target/sasaran perubahan agar mereka dapat mengambil keputusan sesuai dengan arah yang dikehendakinya. Agen perubahan menghubungkan antara sumber perubahan berupa inovasi dengan system masyarakat bertujuan mencapai target perubahan. Namun, keberadaan mahasiswa di masyarakat bukanlah sekedar sebagai Agent of Change, keberadaan mahasiswa di lingkungan masyarakat juga harus mampu menjadi Agent of Empowerment (Agen Pemberdayaan). Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga/kekuatan, proses, cara, perbuatan memberdayakan. Pemberdayaan ialah upaya membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.

Mahasiswa pada saat ini tidaklah berada di lingkungan kampus idaman mereka, namun banyak mahasiswa saat ini berada di lingkungan tempat mereka berasal tanpa melupakan kewajiban sebagai mahasiswa. Dalam kesempatan ini mahasiswa akan dihadapi berbagai keluhan dan fenomena masyarakat pada yang terdampak efek pandemi. Dengan latar belakang pendidikan, teori dan pengalaman di bangku perkuliahan diharapkan mahasiswa menjadi Agent of Empowerment untuk memberikan efek positif dilingkungan masyarakat. Mahasiswa bukan hanya Tut Wuri Handayani namun juga Hing ngarsa sung talada yang bermakna mampu memberikan contoh dan teladan di masyarakat, serta Hing madya mangun karsa yang memiliki makna mampu menumbuhkan inisiatif, mendorong kreativitas, energik, serta motivasi untuk selalu belajar dan mencoba.

Dalam proses pemberdayaan, mahasiswa harus menerapkan suatu kegiatan dengan cara tampil di depan dalam memberikan contoh untuk masyarakat. Ada saatnya mahasiswa ikut partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan. Namun mahasiswa juga harus berada dibelakang sebagai agen pemberdayaan untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada masyarakat. Dengan demikian, keberadaan mahasiswa sebagai agent of empowerment  akan memposisikan diri berada di depan, ditengah, dan dibelakang masyarakat sesuai dengan situasi, kondisi, potensi, dan kebutuhan agar masyarakat berdaya dan mampu untuk melakukan suatu perubahan. Dengan keberadaan mahasiswa diharapkan masyarakat akan berdaya dan mempunyai kemampuan untuk mengelolah potensi yang dimiliki, baik potensi Sumber Daya Manusia (SDM) maupun Sumber Daya Alam (SDA). Proses pemberdayaan ini terkait dengan aktivitas berupa perubahan sikap (attitide), peningkatan pengetahuan (Knowledge), penguatan keterampilan (Skill), dan pengelolaan sumberdaya (Resource) sehingga dampak yang diharapkan ialah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dalam wujud pemberdayaan seperti mewujudkan Program Desa Digital untuk mempermudah pembelajaran Daring dan akses informasi,  pembuatan video Potensi Desa (PoDes), pelatihan pembuatan produk keterampilan (masker kain, tas rajut, kue tradisional, dll), pembuatan Hand Sanitizer alami, mendata penduduk yang rentan akan serangan covid-19, pemberian edukasi di masyarakat dalam upaya pencegahan Covid-19, Mendampingi Aparatur Desa dan Masyarakat dalam pemberian bantuan/BLT, mendampingi anak-anak belajar Daring dan mengaji, bahkan menjadi Khatib di masjid tempat mahasiswa tinggal. Semua itu dapat dilakukan oleh mahasiswa dengan teknik pendampingan, penyuluhan, memperluas akses pemasaran produk desa, dan menguatkan kelembagaan desa. Mudah-mudahan keberadaan mahasiswa mampu memajukan daerahnya di tengah pandemic Covid-19 saat ini.

Related post